Pages - Menu

Pages

Kamis, 14 Maret 2019

Makalah Bahasa Indonesia Analisis Keslahan Berbahasa


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang sesuai dengan faktor-faktor penentu berkomunikasi dan benar dalam penerapan aturan kebahasaannya. Apabila  penggunaan bahasa, secara lisan maupun tertulis menyimpang dari faktor-faktor penentu berkomunikasi dan kaidah bahasa, maka terjadilah kesalahan berbahasa.
Kesalahan berbahasa disebabkan oleh faktor pemahaman, kemampuan atau kompetensi. Apabila pelajar belum memahami sistem linguistik bahasa yang sedang dipelajari, dia sering membuat kesalahan tatkala menggunakan bahasa tersebut. Kesalahan ini selalu berulang dan terjadi secara sistematis dan konsisten. Hal ini berlaku umum, artinya terjadi pada beberapa pelajar. Kesalahan berbahasa dapat diperbaiki oleh guru melalui pengajaran remedial, latihan, dan praktik berbahasa. Ada beberapa pengklasifikasian dalam kesalahan berbahasa. Pada makalah ini, akan dibahas beberapa klasifikasi kesalahan berbahasa yang dilakukan para penutur bahasa.
1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:
a)      Apa pengertian kesalahan berbahasa?
b)      Apa saja klasifikasi kesalahan dalam berbahasa?
c)      Sumber analisis kesalahan dalam berbahasa
1.3  Tujuan Pembahasan
Tujuan pembahasan pada makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami bentuk-bentuk kesalahan berbahasa yang sering dilakukan oleh para penutur bahasa.

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1  Kesalahan Berbahasa
H.V. George dalam bukunya yang berjudul “Common Error in Language      Learning” mengemukakan bahwa kesalahan berbahasa adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan yang tidak diinginkan (un wanted form) khususnya suatu bentuk tuturan yang tidak diinginkan oleh penyusun program dan guru pengajar bahasa. Bentuk-bentuk tuturan yang tidak diinginkan adalah bentuk-bentuk tuturann yang menyimpang dari kaidah bahasa baku.
Hal ini sesuai dengan pendapat Albert Valdman yang mengatakan bahwa pertama-tama yang harus dipikirkan sebelum mengadakan pembahasan tentang berbagai pendekatan dan analisis kesalahan berbahasa adalah menetapkan standar penyimpangan atau kesalahan. Sebagian  besar guru Bahasa Indonesia menggunakan kriteria ragam bahasa baku sebagai standar penyimpangan.
Pengertian kesalahan berbahasa juga dibahas oleh S. Piet Corder dalam  bukunya “Introducing Applied Linguistik” bahwa yang dimaksud dengan kesalahan berbahasa adalah pelanggaran terhadap kode berbahasa. Pelanggaran ini bukan hanya bersifat fisik, tetapi merupakan tanda kurang sempurnanya pengetahuan dan penguasaan terhadap kode. Corder juga menyatakan bahwa baik penutur asli maupun bukan penutur asli sama-sama mempunyai kemungkinan melakukan kesalahan berbahasa.
Berdasarkan banyak pendapat para ahli tentang pengertian kesalahan berbahasa, dapat disimpulkan bahwa kesalahan berbahasa Indonesia yaitu pemakaian bentuk-bentuk tuturan berbagai unit kebahasaan yang meliputi, kata, kalimat, paragraf  yang menyimpang dari kaidah bahasa indonesia baku, serta pemakaian ejaan dan tanda baca yang telah ditetapkan sebagaimana dinyatakan dalam buku Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
Pada tahun 1974, Corder menggunakan tiga istilah untuk membahas kesalahan berbahasa. Tiga diantaranya adalah sbagai berikut:


a.       Lapses
Lapses adalah kesalahan berbahasa akibat penutur beralih cara untuk menyatakan sesuatu sebelum semua tuturan (kalimat) selesai dinyatakan selengkapnya. Biasanya kesalahan ini terjadi tanpa kesengajaan dan tidak disadari oleh penuturnya.
a.       Eror
Eror adalah kesalahan berbahasa akibat penutur melanggar kaidah atau aturan tata bahasa. Kesalahan ini terjadi akibat penutur sudah memiliki kaidah tata bahasa yang berbeda dari tata bahasa yang lain, sehingga berdampak pada kekurang sempurnaan atau ketidakmampuan penutur. Hal ini berimplikasi terhadap penggunaan bahasa karena terjadi kesalahan penutur menggunakan kaidah bahasa yang salah.
b.      Mistake
Miatake adalah kesalahan berbahasa akibat penutur tidak tepat dalam memilih tata  bahasa dalam situasi tertentu. Kesalahan ini menyatu pada kesalahan akibat penutur tidak tepat menggunakan kaidah yang diketahui benar, bukan karena kurangnya penguasaan bahasa kedua (B2), tetapi kesalahan terjadi pada produk tuturan yang tidak benar.
Selama bertahun-tahun pengajaran bahasa selalu memandang bahwa penyimpangan berbahasa anak yang sedang berusaha menguasai bahasa selalu dianggap salah.Anggapan demikian kurang memperhatikan aspek psikologi anak, karena setiap orang yang ingin menguasai sesuatu yang baru pasti melalui proses. Belajar bahasa seperti halnya bentuk-bentuk belajar sesuatu yang lain. Kekeliruan yang diperbuat oleh pembelajar selama dalam proses belajar tidak dapat dipandang sebagai kesalahan begitu saja, tetapi harus dipandang sebagai suatu bagian dari strategi belajar. Menurut Selinkir

2.2  Klasifikasi Kesalahan Berbahasa
Menurut Tarigan (1988: 87), kesalahan berbahasa erat kaitannya dengan pengajaran bahasa, baik pengajaran bahasa pertama maupun pengajaran kedua. Kesalahan berbahasa tersebut mengganggu pencapaian tujuan pengajaran bahasa. Kesalahan berbahasa harus dikurangi bahkan dapat dihapuskan. Kesalahan-kesalahan tersebut sering timbul dan banyak. terjadi pada penulisan-penulisan ilmiah. Ada empat pengklasifikasian atau taksonomi kesalahan berbahasa yang dikemukakan Tarigan (1988), antara lain:
(1) taksonomi kategori linguistik;
(2) taksonomi siasat permukaan;
(3) taksonomi komparatif; dan
(4) taksonomi efek komunikatif.
Pada makalah ini, hanya akan dijelaskan tentang taksonomi komparatif dan efek komunikatif.
(1). Taksonomi Komparatif
Klasifikasi kesalahan-kesalahan dalam taksonomi komparatif didasarkan pada perbandingan-perbandingan antara struktur kesalahan-kesalahan B2 dan tipe-tipe kontruksi tertentu lainnya. Sebagai contoh jika kita menggunakan taksonomi komparatif untuk mengklasifikasikan kesalahan-kesalahan pelajar Indonesia yang belajar Bahasa Inggris, maka kita dapat membandingkan struktur kesalahan pelajar yang memeroleh bahasa Inggris sebagai B1. Contoh lainnya bila seseorang dari suku tertentu (jawa) yang belajar Bahasa Indonesia sebagai bahasa sasarannya.
Dalam kepustakaan riset, kesalahan-kesalahan B2 sudah sangat sering dibandingkam dengan kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh anak-anak yang belajar bahasa sasaran sebagai B1 mereka dan mengekuivalensikan frase-frase atau kalimat-kalimat dalam bahasa ibu mereka. Dengan demikian, klasifikasi kesalahan-kesalahan dalam taksonomi komparatif (atau comparative taxonomy) didasarkan pada perbandingan-perbandingan antara struktur kesalahan-kesalahan B2 dan tipe-tipe konstruksi tertentu lainnya (Tarigan, 1988:158).
Berdasarkan perbandingan tersebut maka dalam taksonomi komparatif dapat dibedakan menjadi:
( A.  Kesalahan perkembangan (development errors) adalah kesalahan-kesalahan yang sama dengan yang dibuat oleh anak-anak yang belajar bahasa sasaran sebagai B1 mereka.
Contoh:
   Dalam Bahasa Inggris
Salah                                                               Benar
1.      I like do it.                                                 I like to do it
2.      Jim doesn’t likes it.                                   Jim doesn’t like it.
3.      I not craying.                                            I am not craying.
   Dalam Bahasa Indonesia
Salah                                                               Benar
1.      Saya suka nonton bola.                             Saya suka menonton bola.
2.      Presiden resmikan pabrik baru.                Presiden meresmikan pabrik baru.
3.      Bapak ada rumah.                                     Bapak ada di rumah.
Pada contoh satu (1) dan dua (2) kesalahan terjadi karena kata nonton dan resmikan, kehilangan awalan me-, sedangkan pada contoh tiga (3) kesalahan yang terjadi adalah akibat hilangnya atau tidak adanya partikel di- sebelum kata rumah.

(  B. Kesalahan antarbahasa (interlingual errors)
Kesalahan antarbahasa adalah kesalahan-kesalahan yang semata-mata mengacu pada kesalahan B2 yang mencerminkan struktur bahasa asli atau bahasa ibu, tanpa menghiraukan proses-proses internal atau kondis-kondisi eksternal yang menimbulkannya. Kesalahan antarbahasa merupakan kesalahan yang sama dalam struktur bagi kalimat atau frasa yang berekuivalen secara semantik dalam bahasa ibu sang pelajar. Kesalahan antarbahasa (interlingual) disebut juga kesalahan interferensi, yakni: kesalahan yang bersumber (akibat) dari pengaruh bahasa pertama (B1) terhadap bahasa kedua (B2
Contoh:
Salah                                                               Benar
1.      Dia datang Bandung dari.                         1. Dia datang dari Bandung.
2.      Makanan itu telah dimakan oleh saya.     2. Makanan itu telah saya makan.
3.      Tak apalah, it doesn’t matter.                   3. Tak apalah, itu bukan masalah.
4.      Te‛nang, bu.                                              4. Tenang, bu.

Pada contoh satu (1) di atas adalah ucapan dari seorang anak Karo yang belajar Bahasa Indonesia untuk mencerminkan susunan atau urutan kata frasa proposisi dalam bahasa Karo (Bandung dari berarti ‘dari Bandung). Pada contoh dua (2) kesalahan terjadi karena tuturan yang digunakan dipengaruhi oleh bahasa Sunda karena kalimat Sundanya adalah “makanan teh atos kuabdi”. Bila tuturan tersebut dituturkan kedalam Bahasa Indonesia, maka seharusnya “makanan itu telah saya makan”. Hal itu didasarkan pada struktur Bahasa Indonesia. Pada contoh tiga (tiga) kesalahan terjadi karena adanya penggunaan unsur bahasa lain (Bahasa Inggris) ke'dalam Bahasa Indonesia yaitu pada frase “ It doesn’t matter” yang memiliki padanan kata “itu bukan masalah” dalam Bahasa Indonesia dan pada contoh empat (4) merupakan contoh tuturan yang diujarkan oleh penutur Batak. Huruf “e” pada kata tenang seharusnya dilafalkan lemah, bukan keras.
(  C. Kesalahan taksa (atau ambiguous errors)
Kesalahan taksa adalah kesalahan yang dapat diklasifikasikan sebagi kesalahan perkembangan ataupun kesalahan antarbahasa. Contoh: Konstruksi yang mencerminkan bahasa asli sang pelajar (misalnya Medan) yang belajar bahasa Indonesia sebagai B1 mereka.
1.      Menulis saya (Saya menulis)
2.      Tidur dia (Dia tidur)
3.      Pergi kami (Kami pergi).
4.      Yang berdiri di depan kakak ibu. (Yang berdiri di depan kakak / ibu)
Kalimat ini jika pengucapannya tidak dibatasi oleh jeda akan dapat ditafsirkan yang berdiri di depan itu kakak dari ibu (paman/bibi) atau bisa juga ditafsirkan yang berdiri di depan kakak itu adalah ibu.
(2) Taksonomi Efek Komunikatif
Jika taksonomi komparatif memusatkan perhatian pada aspek-aspek kesalahan itu sendiri, maka taksonomi efek komunikatif memandang serta menghadapi kesalahan-kesalahan dari perspektif efeknya terhadap penyimak atau pembaca.
Berdasarkan terganggu atau tidaknya komunikasi karena kesalahan-kesalahan yang ada, maka dapatlah dibedakan dua jenis kesalahan, yaitu :

(a). Kesalahan Global atau Global ErrorsKesalahan Global adalah kesalahan yang mempengaruhi keseluruhan organisasi kalimat sehingga benar-benar menggangu komunikasi. Karena luasnya cakupan sintatik kesalahan-kesalahan serupa itu, maka Burt dan Kiparsky menyebut kategori ini kesalahan “global”.
Menurt Burt dan Kiparsky, kesalahan gobal mencakup:
(  D.  Salah menyusun unsur pokok.
Misalnya:
Bahasa Indonesia banyak orang disenangi.
Yang seharusnya:
Bahasa Indonesia disenangi banyak orang.
   (2) Salah menempatkan atau tidak memakai kata sambung.
         Misalnya:
Tidak beli beras tadi, apa makan kita sekarang.
Yang seharusnya:
   Kalu kita tidak membeli beras tadi, makan apa kita sekarang
 (3) Hilangnya ciri kalimat pasif.
       Misalnya:
      Rencana penelitian itu diperiksa pada pimpinan.
      Yang seharusnya:
      Rencana penelitian itu diperiksa oleh pimpinan.


(b) Kesalahan Lokal (local errors)
Kesalahan lokal adalah kesalahan yang mempengaruhi sebuah unsur dalam kalimat yang biasanya tidak mengganggu komunikasi secara signifikan. Kesalahan-kesalahan ini hanya terbatas pada suatu bagian kalimat saja, maka Burt dan Kiparsky menyebutnya kesalahan “lokal”.
Dalam bahasa Indonesia, contoh kesalahan lokal itu antara lain sebagai berikut.
Penyelesaikan tugas itu diselesaikannya dengan penuh semangat.
Jumlah mahasiswa Unesa berjumlah sepuluh ribu.
Penyerahan hadiah diserahkan oleh Bapak Lurah.
Yang seharusnya:
Tugas itu dislesaikannya dengan penuh semangat.
Mahasiswa Unesa berjumlah sepuluh ribu.
Hadiah diserahkan oleh Bapak Lurah.
(Tarigan, 1988: 164-166)
2.3 Sumber dan Analisis Kesalahan Berbahsa
Penyimpangan bahasa yang dilakukan oleh penutur, terutama anak (siswa) dalam pemerolehan pembelajaran bahasa berdasarkan kategori kesalahan bahasa sudah dijelaskan diatas.
Apabila kesalahan dicari secara rinci, maka didapat dari sumber-sumber ini :
                                I.            Analisis kesalahan berbahasa dalam tataran fonologi
a.       Fonim /a/ dibaca menjadi /e/
b.      Fonim /i/ dibaca menjadi /e/
c.       Fonim /e’/ dibaca menjadi /u/
d.      Fonim /u/ dibaca menjadi /o/
e.       Fonim  /c/ dibaca menjadi /se/
f.        Fonim /z/dibaca menjadi /j/ atau /s/
g.      Fonim /f/ dibaca menjadi /p/

                          .                         II          Analisis kesalahan berbahasa dalam tataran morfologi
Sumber kesalahan berbahasa dalam tataran morfologi :
a.       Salah penetuan bentuk asal
b.      Fonim yang luluh tidak diluluhkan
c.       Penyingkatan morfim men-,meny-,meng-,dan menge-, menjadi n,ny,ng dan nge-.
d.      Perubahan morfim ber -,per-,dan ter-, menjadi be-,pe,- dan te-, .
e.       Penulisan morfim yang salah penulisan majemuk serangkai
Sumber kesalahan berbahasa dalam tataran frase :
a.       Kata depan tidak tepat salah penyusunan frase
b.      Salah penyusunan frase
Sumber kesalahan dalam tataran klausa :
a.       Penambahan kata kerja bantu “adalah dalam klausa pasif”
b.      Penghilangan kata “untuk dalam klausa pasif”
c.       Penggunaan klausa rancu
Sumber kesalahan berbahasa dalam kesalahan sintaksis
a.       Penggunaan kata rangkai, dari, pada, daripada, kepada dan untuk
b.      Pembentukan kalimat tidak baku :
1.      Kalimat tidak efektif
2.      Kalimat tidak normatif
3.      Kalimat tidak logis
4.      Kalimat rancu
5.      Kalimat pengaruh struktur bahasa asing

Sumber kesalahan berbahasa dalam tataran semantik akibat bentukan ambiguitas:
a.       Akibat diksi(pemilihan kata)
b.      Akibat syarat-syarat paragraf tidak dipenuhi
c.       Akibat struktur paragraf
d.      Akibat penggabungan paragraf
Analisis bahasa ini bertujuan untuk mengetahui kesalahan  dalam berbahasa dalam bentuk yang sudah disebutkan diatas. Kemudian setelah tahu kesalahan tersebut dapat diperbaiki.

BAB 3
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Kesalahan berbahasa adalah penggunaan bahasa yang menyimpang dari kaidah bahasa yang berlaku dalam bahasa itu. Adapun pengklasifikasian atau taksonomi kesalahan berbahasa yang dikemukakan Tarigan terdiri atas  taksonomi kategori linguistik, siasat permukaan, komparatif, dan efek komunikatif. Taksonomi kategori linguistik mengklasifikasikan kesalahan-kesalahan berbahasa berdasarkan komponen linguistik atau unsur linguistik tertentu yang dipengaruhi oleh kesalahan. Dalam taksonomi komparatif dan siasat permukaan memusatkan perhatian pada aspek-aspek kesalahan itu sendiri, sedangkan taksonomi efek komunikatif memandang serta menghadapi kesalahan-kesalahan dari perspektif efeknya terhadap penyimak atau pembaca.
Analisis kesalahan berbahasa adalah suatu prosedur kerja yang biasa digunakan peneliti atau guru bahasa yang meliputi kegiatan mengumpulkan sampel kesalahan mengidentifikasi kesalahan yang terdapat dalam sampel, menjelaskan kesalahan tersebut, mengklasifikasikan kesalahan itu dan mengevaluasi taraf kesalahan, serta melakukan perbaikan. Dengan analisis bahasa, guru atau peneliti dapat melakukan perbaikan demi kualitas berbahasa yang lebih baik.

3.2  Saran
Sekian makalah darisaya , apabila ada kesalahan kata ataupun tutur kalimat yang tidak mengenakan mohon dimaafkan. Kami sangat mengharapkan saran dari Anda yang bersifat membangun demi terbentuknya makalah yang sempurna dan dapat diterima dikhalayak banayak.

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, E. Zaenal dan Farid Hadi. 1991. 1001 Kesalahan Berbahasa. Jakarta:CV Akademika Pressindo.
Badudu, J.S. 1985. Pelik-pelik Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Prima.
Tarigan, Henri Guntur. 1992. Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa. Bandung: Angkasa.
Tarigan, Henri Guntur. (1988). Pengajaran Pemerolehan Bahasa. Bandung: Angkasa.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar