BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa
Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang sesuai dengan
faktor-faktor penentu berkomunikasi dan benar dalam penerapan aturan
kebahasaannya. Apabila penggunaan
bahasa, secara lisan maupun tertulis menyimpang dari faktor-faktor penentu
berkomunikasi dan kaidah bahasa, maka terjadilah kesalahan berbahasa.
Kesalahan
berbahasa disebabkan oleh faktor pemahaman, kemampuan atau kompetensi. Apabila
pelajar belum memahami sistem linguistik bahasa yang sedang dipelajari, dia
sering membuat kesalahan tatkala menggunakan bahasa tersebut. Kesalahan ini
selalu berulang dan terjadi secara sistematis dan konsisten. Hal ini berlaku
umum, artinya terjadi pada beberapa pelajar. Kesalahan berbahasa dapat
diperbaiki oleh guru melalui pengajaran remedial, latihan, dan praktik
berbahasa. Ada beberapa pengklasifikasian dalam kesalahan berbahasa. Pada
makalah ini, akan dibahas beberapa klasifikasi kesalahan berbahasa yang
dilakukan para penutur bahasa.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, rumusan masalah dalam
makalah ini yaitu:
a)
Apa
pengertian kesalahan berbahasa?
b)
Apa saja
klasifikasi kesalahan dalam berbahasa?
c)
Sumber
analisis kesalahan dalam berbahasa
1.3 Tujuan Pembahasan
Tujuan pembahasan pada makalah ini adalah untuk
mengetahui dan memahami bentuk-bentuk kesalahan berbahasa yang sering dilakukan
oleh para penutur bahasa.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Kesalahan Berbahasa
H.V. George dalam bukunya yang berjudul “Common Error in
Language Learning” mengemukakan
bahwa kesalahan berbahasa adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan yang tidak
diinginkan (un wanted form) khususnya suatu bentuk tuturan yang tidak
diinginkan oleh penyusun program dan guru pengajar bahasa. Bentuk-bentuk
tuturan yang tidak diinginkan adalah bentuk-bentuk tuturann yang menyimpang
dari kaidah bahasa baku.
Hal ini sesuai dengan pendapat Albert Valdman yang
mengatakan bahwa pertama-tama yang harus dipikirkan sebelum mengadakan
pembahasan tentang berbagai pendekatan dan analisis kesalahan berbahasa adalah
menetapkan standar penyimpangan atau kesalahan. Sebagian besar guru Bahasa Indonesia menggunakan
kriteria ragam bahasa baku sebagai standar penyimpangan.
Pengertian kesalahan berbahasa juga dibahas oleh S. Piet
Corder dalam bukunya “Introducing Applied
Linguistik” bahwa yang dimaksud dengan kesalahan berbahasa adalah pelanggaran
terhadap kode berbahasa. Pelanggaran ini bukan hanya bersifat fisik, tetapi
merupakan tanda kurang sempurnanya pengetahuan dan penguasaan terhadap kode.
Corder juga menyatakan bahwa baik penutur asli maupun bukan penutur asli
sama-sama mempunyai kemungkinan melakukan kesalahan berbahasa.
Berdasarkan banyak pendapat para ahli tentang pengertian
kesalahan berbahasa, dapat disimpulkan bahwa kesalahan berbahasa Indonesia
yaitu pemakaian bentuk-bentuk tuturan berbagai unit kebahasaan yang meliputi,
kata, kalimat, paragraf yang menyimpang
dari kaidah bahasa indonesia baku, serta pemakaian ejaan dan tanda baca yang
telah ditetapkan sebagaimana dinyatakan dalam buku Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan.
Pada tahun 1974, Corder menggunakan tiga
istilah untuk membahas kesalahan berbahasa. Tiga diantaranya adalah sbagai
berikut:
a.
Lapses
Lapses adalah kesalahan berbahasa akibat
penutur beralih cara untuk menyatakan sesuatu sebelum semua tuturan (kalimat)
selesai dinyatakan selengkapnya. Biasanya kesalahan ini terjadi tanpa
kesengajaan dan tidak disadari oleh penuturnya.
a.
Eror
Eror adalah kesalahan berbahasa akibat
penutur melanggar kaidah atau aturan tata bahasa. Kesalahan ini terjadi akibat
penutur sudah memiliki kaidah tata bahasa yang berbeda dari tata bahasa yang
lain, sehingga berdampak pada kekurang sempurnaan atau ketidakmampuan penutur.
Hal ini berimplikasi terhadap penggunaan bahasa karena terjadi kesalahan penutur
menggunakan kaidah bahasa yang salah.
b.
Mistake
Miatake adalah kesalahan berbahasa akibat
penutur tidak tepat dalam memilih tata
bahasa dalam situasi tertentu. Kesalahan ini menyatu pada kesalahan
akibat penutur tidak tepat menggunakan kaidah yang diketahui benar, bukan
karena kurangnya penguasaan bahasa kedua (B2), tetapi kesalahan terjadi pada
produk tuturan yang tidak benar.
Selama bertahun-tahun pengajaran bahasa selalu memandang bahwa
penyimpangan berbahasa anak yang sedang berusaha menguasai bahasa selalu
dianggap salah.Anggapan demikian kurang memperhatikan aspek psikologi anak,
karena setiap orang yang ingin menguasai sesuatu yang baru pasti melalui
proses. Belajar bahasa seperti halnya bentuk-bentuk belajar sesuatu yang lain.
Kekeliruan yang diperbuat oleh pembelajar selama dalam proses belajar tidak
dapat dipandang sebagai kesalahan begitu saja, tetapi harus dipandang sebagai
suatu bagian dari strategi belajar. Menurut Selinkir
2.2 Klasifikasi Kesalahan Berbahasa
Menurut Tarigan (1988: 87),
kesalahan berbahasa erat kaitannya dengan pengajaran bahasa, baik pengajaran
bahasa pertama maupun pengajaran kedua. Kesalahan berbahasa tersebut mengganggu
pencapaian tujuan pengajaran bahasa. Kesalahan berbahasa harus dikurangi bahkan
dapat dihapuskan. Kesalahan-kesalahan tersebut sering timbul dan banyak. terjadi
pada penulisan-penulisan ilmiah. Ada empat pengklasifikasian atau taksonomi kesalahan
berbahasa yang dikemukakan Tarigan (1988), antara lain:
(1) taksonomi kategori linguistik;
(2) taksonomi siasat
permukaan;
(3) taksonomi
komparatif; dan
(4) taksonomi efek
komunikatif.
Pada makalah ini, hanya akan dijelaskan tentang taksonomi
komparatif dan efek komunikatif.
(1).
Taksonomi Komparatif
Klasifikasi
kesalahan-kesalahan dalam taksonomi komparatif didasarkan pada
perbandingan-perbandingan antara struktur kesalahan-kesalahan B2 dan tipe-tipe
kontruksi tertentu lainnya. Sebagai
contoh jika kita menggunakan taksonomi komparatif untuk mengklasifikasikan
kesalahan-kesalahan pelajar Indonesia yang belajar Bahasa Inggris, maka kita
dapat membandingkan struktur kesalahan pelajar yang memeroleh bahasa Inggris
sebagai B1. Contoh lainnya bila seseorang dari suku tertentu (jawa) yang
belajar Bahasa Indonesia sebagai bahasa sasarannya.
Dalam
kepustakaan riset, kesalahan-kesalahan B2 sudah sangat sering dibandingkam
dengan kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh anak-anak yang belajar bahasa
sasaran sebagai B1 mereka dan mengekuivalensikan frase-frase atau
kalimat-kalimat dalam bahasa ibu mereka. Dengan demikian, klasifikasi kesalahan-kesalahan dalam
taksonomi komparatif (atau comparative taxonomy) didasarkan pada
perbandingan-perbandingan antara struktur kesalahan-kesalahan B2 dan tipe-tipe
konstruksi tertentu lainnya (Tarigan, 1988:158).
Berdasarkan perbandingan tersebut maka dalam taksonomi
komparatif dapat dibedakan menjadi:
( A. Kesalahan perkembangan (development errors)
adalah kesalahan-kesalahan yang sama dengan yang dibuat oleh anak-anak yang belajar
bahasa sasaran sebagai B1 mereka.
Contoh:
Dalam Bahasa Inggris
Salah Benar
1.
I
like do it. I
like to do it
2.
Jim
doesn’t likes it. Jim
doesn’t like it.
3.
I
not craying. I
am not craying.
Dalam Bahasa Indonesia
Salah Benar
1. Saya suka nonton
bola. Saya
suka menonton bola.
2. Presiden resmikan
pabrik baru. Presiden meresmikan
pabrik baru.
3. Bapak ada rumah. Bapak
ada di rumah.
Pada contoh satu
(1) dan dua (2) kesalahan terjadi karena kata nonton dan resmikan, kehilangan
awalan me-, sedangkan pada contoh tiga (3) kesalahan yang terjadi adalah akibat
hilangnya atau tidak adanya partikel di- sebelum kata rumah.
( B. Kesalahan antarbahasa (interlingual errors)
Kesalahan antarbahasa adalah
kesalahan-kesalahan yang semata-mata mengacu pada kesalahan B2 yang
mencerminkan struktur bahasa asli atau bahasa ibu, tanpa menghiraukan
proses-proses internal atau kondis-kondisi eksternal yang menimbulkannya.
Kesalahan antarbahasa merupakan kesalahan yang sama dalam struktur bagi kalimat
atau frasa yang berekuivalen secara semantik dalam bahasa ibu sang pelajar.
Kesalahan antarbahasa (interlingual) disebut juga kesalahan interferensi,
yakni: kesalahan yang bersumber (akibat) dari pengaruh bahasa pertama (B1)
terhadap bahasa kedua (B2
Contoh:
Salah Benar
1.
Dia datang Bandung dari. 1. Dia datang dari Bandung.
2.
Makanan itu telah dimakan oleh saya. 2. Makanan itu telah saya makan.
3.
Tak
apalah, it doesn’t matter. 3.
Tak apalah, itu bukan masalah.
4.
Te‛nang,
bu. 4.
Tenang, bu.
Pada contoh
satu (1) di atas adalah ucapan dari seorang anak Karo yang belajar Bahasa
Indonesia untuk mencerminkan susunan atau urutan kata frasa proposisi dalam bahasa
Karo (Bandung dari berarti ‘dari Bandung). Pada contoh dua (2) kesalahan terjadi karena
tuturan yang digunakan dipengaruhi oleh bahasa Sunda karena kalimat
Sundanya adalah “makanan teh atos kuabdi”. Bila tuturan tersebut dituturkan kedalam Bahasa Indonesia, maka
seharusnya “makanan itu telah saya makan”. Hal itu didasarkan pada struktur
Bahasa Indonesia. Pada contoh tiga (tiga) kesalahan terjadi karena adanya
penggunaan unsur bahasa lain (Bahasa Inggris) ke'dalam Bahasa Indonesia yaitu
pada frase “ It doesn’t matter” yang memiliki padanan kata “itu
bukan masalah” dalam Bahasa Indonesia dan pada contoh empat (4) merupakan
contoh tuturan yang diujarkan oleh penutur Batak. Huruf “e” pada kata tenang
seharusnya dilafalkan lemah, bukan keras.
( C. Kesalahan taksa (atau ambiguous errors)
Kesalahan taksa adalah kesalahan yang dapat
diklasifikasikan sebagi kesalahan perkembangan ataupun kesalahan antarbahasa.
Contoh: Konstruksi yang mencerminkan bahasa asli sang pelajar (misalnya Medan)
yang belajar bahasa Indonesia sebagai B1 mereka.
1. Menulis saya (Saya menulis)
2. Tidur dia (Dia tidur)
3. Pergi kami (Kami pergi).
4. Yang
berdiri di depan kakak ibu. (Yang berdiri di depan kakak / ibu)
Kalimat ini jika pengucapannya tidak dibatasi
oleh jeda akan dapat ditafsirkan yang berdiri di depan itu kakak dari ibu
(paman/bibi) atau bisa juga ditafsirkan yang berdiri di depan kakak itu adalah
ibu.
(2) Taksonomi Efek Komunikatif
Jika taksonomi komparatif
memusatkan perhatian pada aspek-aspek kesalahan itu sendiri, maka taksonomi
efek komunikatif memandang serta menghadapi kesalahan-kesalahan dari perspektif
efeknya terhadap penyimak atau pembaca.
Berdasarkan terganggu atau
tidaknya komunikasi karena kesalahan-kesalahan yang ada, maka dapatlah
dibedakan dua jenis kesalahan, yaitu :
(a). Kesalahan Global atau Global ErrorsKesalahan Global adalah kesalahan yang mempengaruhi keseluruhan organisasi kalimat sehingga benar-benar menggangu komunikasi. Karena luasnya cakupan sintatik kesalahan-kesalahan serupa itu, maka Burt dan Kiparsky menyebut kategori ini kesalahan “global”. Menurt Burt dan Kiparsky, kesalahan gobal mencakup:
( D. Salah menyusun unsur pokok.
Misalnya:
Bahasa Indonesia banyak orang disenangi.
Yang seharusnya:
Bahasa Indonesia disenangi banyak orang.
(2) Salah menempatkan atau tidak memakai
kata sambung.
Misalnya:
Tidak beli beras tadi, apa makan kita
sekarang.
Yang seharusnya:
Kalu
kita tidak membeli beras tadi, makan apa kita sekarang
(3) Hilangnya ciri kalimat pasif.
Misalnya:
Rencana penelitian itu diperiksa pada pimpinan.
Yang seharusnya:
Rencana penelitian itu diperiksa oleh pimpinan.
(b) Kesalahan Lokal (local errors)
Kesalahan lokal adalah kesalahan yang mempengaruhi sebuah
unsur dalam kalimat yang biasanya tidak mengganggu komunikasi secara
signifikan. Kesalahan-kesalahan ini hanya terbatas pada suatu bagian kalimat
saja, maka Burt dan Kiparsky menyebutnya kesalahan “lokal”.
Dalam
bahasa Indonesia, contoh kesalahan lokal itu antara lain sebagai berikut.
Penyelesaikan tugas itu diselesaikannya
dengan penuh semangat.
Jumlah mahasiswa Unesa berjumlah sepuluh
ribu.
Penyerahan hadiah diserahkan oleh Bapak
Lurah.
Yang
seharusnya:
Tugas itu dislesaikannya dengan penuh
semangat.
Mahasiswa Unesa berjumlah sepuluh ribu.
Hadiah diserahkan oleh Bapak Lurah.
(Tarigan, 1988: 164-166)
2.3 Sumber dan Analisis
Kesalahan Berbahsa
Penyimpangan bahasa yang dilakukan oleh
penutur, terutama anak (siswa) dalam pemerolehan pembelajaran bahasa
berdasarkan kategori kesalahan bahasa sudah dijelaskan diatas.
Apabila kesalahan dicari secara rinci, maka
didapat dari sumber-sumber ini :
I.
Analisis
kesalahan berbahasa dalam tataran fonologi
a.
Fonim /a/
dibaca menjadi /e/
b.
Fonim /i/
dibaca menjadi /e/
c.
Fonim
/e’/ dibaca menjadi /u/
d.
Fonim /u/ dibaca menjadi /o/
e.
Fonim /c/ dibaca menjadi /se/
f.
Fonim
/z/dibaca menjadi /j/ atau /s/
g.
Fonim /f/
dibaca menjadi /p/
. II Analisis
kesalahan berbahasa dalam tataran morfologi
Sumber kesalahan berbahasa dalam tataran
morfologi :
a.
Salah
penetuan bentuk asal
b.
Fonim
yang luluh tidak diluluhkan
c.
Penyingkatan
morfim men-,meny-,meng-,dan menge-, menjadi n,ny,ng dan nge-.
d.
Perubahan
morfim ber -,per-,dan ter-, menjadi be-,pe,- dan te-, .
e.
Penulisan
morfim yang salah penulisan majemuk serangkai
Sumber kesalahan berbahasa dalam tataran
frase :
a.
Kata
depan tidak tepat salah penyusunan frase
b.
Salah
penyusunan frase
Sumber kesalahan dalam tataran klausa :
a.
Penambahan
kata kerja bantu “adalah dalam klausa pasif”
b.
Penghilangan kata “untuk dalam klausa pasif”
c.
Penggunaan
klausa rancu
Sumber kesalahan berbahasa dalam kesalahan
sintaksis
a.
Penggunaan
kata rangkai, dari, pada, daripada, kepada dan untuk
b.
Pembentukan
kalimat tidak baku :
1.
Kalimat
tidak efektif
2.
Kalimat
tidak normatif
3.
Kalimat
tidak logis
4.
Kalimat
rancu
5.
Kalimat pengaruh struktur bahasa asing
Sumber kesalahan berbahasa dalam tataran semantik akibat bentukan
ambiguitas:
a.
Akibat
diksi(pemilihan kata)
b.
Akibat
syarat-syarat paragraf tidak dipenuhi
c.
Akibat
struktur paragraf
d.
Akibat
penggabungan paragraf
Analisis bahasa ini bertujuan untuk
mengetahui kesalahan dalam berbahasa
dalam bentuk yang sudah disebutkan diatas. Kemudian setelah tahu kesalahan
tersebut dapat diperbaiki.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesalahan berbahasa adalah
penggunaan bahasa yang menyimpang dari kaidah bahasa yang berlaku dalam bahasa
itu. Adapun pengklasifikasian atau taksonomi kesalahan berbahasa yang
dikemukakan Tarigan terdiri atas
taksonomi kategori linguistik, siasat permukaan, komparatif, dan efek komunikatif. Taksonomi kategori
linguistik mengklasifikasikan kesalahan-kesalahan berbahasa berdasarkan
komponen linguistik atau unsur linguistik tertentu yang dipengaruhi oleh
kesalahan. Dalam taksonomi komparatif dan siasat permukaan
memusatkan perhatian pada aspek-aspek kesalahan itu sendiri, sedangkan
taksonomi efek komunikatif memandang serta menghadapi kesalahan-kesalahan dari
perspektif efeknya terhadap penyimak atau pembaca.
Analisis kesalahan
berbahasa adalah suatu prosedur kerja yang biasa digunakan peneliti atau guru
bahasa yang meliputi kegiatan mengumpulkan sampel kesalahan mengidentifikasi
kesalahan yang terdapat dalam sampel, menjelaskan kesalahan tersebut,
mengklasifikasikan kesalahan itu dan mengevaluasi taraf kesalahan, serta
melakukan perbaikan. Dengan analisis bahasa, guru atau peneliti dapat melakukan
perbaikan demi kualitas berbahasa yang lebih baik.
3.2 Saran
Sekian makalah darisaya ,
apabila ada kesalahan kata ataupun tutur kalimat yang tidak mengenakan mohon
dimaafkan. Kami sangat mengharapkan saran dari Anda yang bersifat membangun
demi terbentuknya makalah yang sempurna dan dapat diterima dikhalayak banayak.
DAFTAR
PUSTAKA
Badudu, J.S. 1985. Pelik-pelik Bahasa Indonesia.
Bandung: Pustaka Prima.
Tarigan, Henri Guntur. 1992. Pengajaran
Analisis Kontrastif Bahasa. Bandung: Angkasa.
Tarigan,
Henri Guntur. (1988). Pengajaran Pemerolehan Bahasa. Bandung: Angkasa.